Senin, 30 September 2013

TERANCAM KEHILANGAN CINTA




                Sementara lupakan dulu kemeriahan orang2 yang berebut mengucapkan “sah2”, saat mempelai pria bersumpah di akad nikah. Monggo tanya ikrar yang begitu dramatis bernama cinta sehidup semati. Atau bagi yang belum menikah & akan menikah, hentikan dulu bayangan berdebar2 malam pertama. Mari bicara bahwa rumah tangga itu berlangsung lama. Dan suatu saat ada keluarga yang cintanya terancam hilang ditelan masa.
                Saat itulah sosok di dalam rumah menjadi tak lagi yang paling diinginkan. Kebersamaan hanya ada dalam jasmani, tapi tak dengan hati. Cinta itu layu, kering & hampir mati. Lalu siapakah mereka ini? Apakah mereka adalah orang2 yang dulunya bernasib Siti Nurbaya? Menikah karena terpaksa? Apakah mereka tak saling kenal sebelumnya?
                Tidak! Mereka saling kenal. Mereka mengaku saling memahami saat belum menikah. Mereka yang kehilangan cinta karena menikah terpaksa memang ada. Tapi menikah karena saling suka juga ada yang lambat laun kehilangan cintanya.
                Memang, latar belakang pernikahan mungkin jadi salah satu penyebab. Tapi ketidaksiapan menerima perubahan juga bisa jadi sebab utama. Ketahuilah bahwa cinta seperti memiliki banyak wajah. Kadang kita harus bergeser tempat, lalu mengambil sudut pandang yang lain agar dapat melihat cinta dalam wujud yang tetap indah.
                Ketika masing2 pribadi masih sanggup menyuguhkan hal2 berharga dari dirinya, maka wajarlah sang pasangan ingin banyak diberi, disuguhi & dimanjakan tentang banyak hal dari dia. Tapi mengertilah, bahwa kebersamaan yang lama menghukum segala yang heboh menjadi  biasa2 saja. Bahwa dada ada masanya untuk tidak berdebar lagi saat berjumpa. Semuanya jadi serba biasa. Dulu yang tercantik, sekarang tidak lagi.
                Saat itulah kawan, kita butuh geser tempat. Melihat cinta dalam sudut yang berbeda. Bahwa cinta itu bukan masanya lagi untuk dipupuk oleh pemberian2. Bukan lagi bermanja2 minta dilayani. Ia harus dibiasakan dipupuk dengan cerita sebaliknya. Dimana kita memberi banyak pada pasangan kita dengan setulus hati. Fragmen kisah kakek yang sedang menyuapi istrinya yang renta & sakit  adalah gambaran yang pas tentang bagaimana cinta mulai bergeser dari menerima menjadi memberi.
                Maka biasakan bertanya, “Bagaimana caranya aku bisa memberi yang terbaik untuknya?” dan simpanlah rapat2 keinginan untuk mempertanyakan “apa yang sudah ia berikan kepadaku?”
                Cinta atas dasar menerima “  tak sebaik & selanggeng “cinta atas dasar memberi”. Keluarga sakinah, selain meniatkan menikah sebagai jalan ketaatan kepada Allah, juga tersempurnakan oleh “cinta atas dasar memberi ini. Cukup sekian dan semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua.